Terletak di Gombong Kabupaten Kebumen, Benteng Van Der Wijck menyimpan berbagai cerita dan sejarah selain sebagai Obyek wisata alternatip yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi.
Akses yang mudah dijangkau dari arah Purwokerto maupun dari Yogyakarta dan juga dengan berbagai wahana yang sudah dikelola sedemikian rupa oleh pihak ketiga sebagai salah satu destinasi Wisata favorit di Kabupaten Kebumen.
Menurut catatan sejarah, Benteng Van Der Wijck adalah benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun sekitar abad ke 18, Nama Van Der Wijck sendiri berasal dari nama komandan pada saat itu yang karirnya cukup cemerlang dalam membungkam perlawanan rakyat Aceh.
Pada awal didirikan, benteng ini diberi nama Fort Cochius (Benteng Cochius) dari nama salah seorang Jenderal Belanda Frans David Cochius (1787-1876) yang pernah ditugaskan di daerah Bagelen (salah wilayah karesidenan Kedu), Van der Wijck merupakan perwira militer dengan karir cemerlang karena konon mampu memenangkan berbagai peperangan di Indonesia.
Tidak ada catatan pasti dalam sejarah kapan dimulainya pembangunan benteng tersebut, namun ada yang memperkirakan tahun 1827. Benteng Van der Wicjk adalah barak militer yang awalnya digunakan untuk meredam kekuatan pasukan Pangeran Diponegoro. Karena kehebatan beliau yang juga didukung pemimpin-pemimpin lokal di selatan Jawa, Belanda menerapkan taktik benteng stelsel yaitu pembangunan benteng di lokasi yang sudah dikuasainya.
Tujuannya jelas, untuk memperkuat pertahanan sekaligus mempersempit ruang gerak musuh, terutama di karesidenan Kedu Selatan.
Benteng ini didirikan atas prakarsa Jenderal Van den Bosch.Pada saat terjadinya peperangan Pangeran Diponegoro sekitar 1825-1830, Benteng Van Der Wijck digunakan sebagai t empat pertahanan.
Meski demikian, ada sejumlah ahli yang yakin kalau benteng itu bukan merupakan benteng pertahanan, melainkan sebagai benteng logistik dan Puppilen School atau sekolah calon militer. Secara pasti memang tidak ada sejarah yang mencatat secara persis untuk apa saja benteng itu difungsikan.
Selepas penjajahan Belanda, Benteng Van Der Wijck pernah difungsikan untuk tempat melatih tentara Indonesia bentukan Jepang yakni PETA sebagai pasukan tambahan menghadapi Sekutu. Di zaman itulah, seluruh tulisan Belanda yang ada di benteng dicat hitam. Kemudian dimanfaatkan untuk tentara Indonesia. Bahkan, semasa KNIL, penguasa Orde Baru, Soeharto, menjadi salah satu penghuni benteng itu.
Ciri paling khas Benteng Van Der Wijck adalah segi delapan/oktagonal dengan luas mencapai 7.168 meter persegi. Tinggi benteng mencapai 10 meter yang terdiri dari dua lantai. Tebal dinding 1,4 meter (m) dan tebal lantai 1,1 m. Hampir seluruh bangunan bentuknya adalah tembok, termasuk atapnya yang berasal dari batu bata. Di lantai satu dan dua terdapat masing-masing 16 ruangan besar dengan ukuran 18 x 6,5 m.
Sementara ruang kecil di lantai satu berbagai macam ukuran ada 27 ruangan, sementara di lantai dua terdapat 25 ruangan. Pada lantai satu terdapat empat pintu gerbang, 72 jendela, 63 pintu antar ruangan maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga ke lantai dua serta dua anak tangga darurat. Sedangkan di lantai dua, terdapat 84 jendela, 70 pintu penghubung dan empat anak tangga ke bagian atap.
Untuk anda yang ingin melihat lebih dekat Benteng Van Der Wijck dan belajar sejarah sembari berwisata tak ada salahnya untuk sesekali datang ke Gombong - Kebumen.
Sumber: LintasKebumen©2014
0 komentar:
Posting Komentar