“Dalam kasus revolusi mental ini jelas sebuah pelacuran intelektual. Dengan kasus itu menunjukkan tidak adanya orisionalilas pada Jokowi,” demikian di sampaikan Alfian Tanjung.
Menurut Alfian, Jokowi adalah calon pemimpin dari sebuah bangsa besar Indonesia, tidak seharusnya melakukan ‘kebohongan’, apalagi mengeluarkan gagasan yang bukan miliknya di depan publik. Sebab itu sama halnya dengan kebohongan dan tidak sehat bagi bangsa Indonesia.
Menurutnya, kasus pembohongan publik seperti ini tak boleh terus dilakukan Jokowi. Apalagi sebelum ini, ia dinilai melakukan pembohong dalam beberapa kasus, termasuk Mobil ESEMKA yang diklaim produk lokal yang faktanya justru produk China.
Seperti diketahui, belum lama tulisan Capres PDIP Joko Widodo berjudul “Revolusi Mental” muncul dan dimuat di halaman opini Kompas (Hal. 6), Sabtu (10/5/2014), ternyata berujung polemik.
Pasalnya di saat yang sama tulisan ‘Revolusi Mental’ juga terpampang di media cetak Sindo, grup Jawapos dengan nama penulis seorang rohaniawan Katolik, Romo Antonius Benny Suserto dikenal sebagai sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI).
Yang menarik, sempat muncul nama seorang wartawati Nanik S Deyang di akun Facebook-nya dengan memberi kesaksian bila selama yang ia kenal, Jokowi jarang terlihat mengetik di laptop atau komputer apalagi artikel begitu panjang di media massa.
Kasus ini mencuat ke publik dan mempertanyakan orisinalitas pemikirian Jokowi.
Kasus makin memanas setelah diketahui Romo Benny Susetyo ternyata Tim Sukses Jokowi.*
Rep: Panji Islam (http://www.hidayatullah.com)
Editor: Cholis Akbar
0 komentar:
Posting Komentar