Megawati Soekarnoputri adalah salah satu putri Bung Karno bersama ibu Fatmawati. Beliau tumbuh dan besar dilingkungan istana, tentu banyak mewarisi sikap sikap bapaknya. Ketegasan sikap Megawati selalu terlihat dalam pidatonya yang berapi-api walau kadang 'tak ilmiah'. Megawati selalu nampak emosional dalam forum-forum internal partainya.
Karakter sifat Megawati ternyata tidak sesantun Ayahnya dalam menjalankan etika berpolitik. Soekarno selalu menghormati lawan politiknya kala itu. Sedangkan Megawati tersirat dan nampak sekali menampilkan kebencian yang mendalam dan terkesan pendendam pada seseorang yang tidak disukainya. Ambil contoh, sikap Megawati terhadap Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) yang tak mencair, walaupun SBY sudah sering membuka ruang dialog.
Hal ini bisa dimaklumi, mengingat perjalanan karir politiknya yang banyak "dihabisi" oleh lawan poltiknya tatkala dia berada dalam kungkungan panjang pemerintahan orde baru. Megawati, kemudian tumbuh bersama partai yang dipimpinnya selama hampir 21 tahun. Entah saya yang salah menganalisa sikap Megawati selama ini ataukah ini murni dari apa yang saya rasakan.
Salah satu momen yang ditunggu saat pengambilan nomor urut pasangan capres dan cawapres di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Minggu 1 Juni 2014, adalah pertemuan Prabowo Subianto dan Megawati Soekarnoputri.
Hubungan antara calon presiden yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri merenggang ketika PDI Perjuangan memutuskan untuk mencalonkan Joko Widodo alias Jokowi sebagai capres.
Prabowo yang datang ke KPU belakangan bersama cawapres Hatta Rajasa berinisiatif mendatangi serta mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Megawati bersama tim Jokowi dan Jusuf Kalla yang duduk dan datang lebih dulu. Jokowi, JK, Surya Paloh, Muhaimin, dan Sutiyoso sontak berdiri untuk menyambut iktikad baik Prabowo-Hatta.
Sebagai mantan jenderal TNI, Prabowo langsung memberikan salam hormat kepada mantan Presiden itu.
Megawati dengan tetap sambil duduk menyalami Prabowo yang pernah menjadi pasangannya sebagai cawapres pada Pilpres 2009.
Sikap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri saat membalas salam calon presiden RI Prabowo Subianto di KPU, Ahad (1/6), menuai kritikan. Presiden RI kelima itu dinilai tak memiliki sikap kenegarawan.
"Itu bukan sikap seorang negarawan. Kalau kita lihat Megawati itu dari dulu memang orangnya tidak demokratis, dia itu menerapkan sistem oligarki dalam politiknya," kata Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah Pangi Syarwi Chaniago kepada Republika, Senin (2/6).
Dari foto yang beredar, Mega hanya menyunggingkan senyum belaka. Adapun, Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Jokowi yang duduknya posisinya di samping kanan dan kiri Mega langsung berdiri. Keduanya merespon hormat Prabowo.
Pangi mengatakan, sikap kenegarawanan Presiden Soekano, ayah Megawati tidak menurun kepadanya. Karena, Soekarno yang berseberangan secara politik dengan M Natsir bahkan Bung Hatta, tetap menaruh respek kepada mereka. Misalnya saja, ketika Bung Hatta sakit, Sukarno tetap menjenguknya.
Dari segi psikologi politik, lanjut Pangi, Megawati menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pendendam. Yakni, selalu mengingat perbuatan tak menyenangkan yang dilakukan lawan politiknya hingga ke urusan pribadi.
"Ini kaitannya lebih ke perjanjian batutulis di mana Prabowo selalu mengungkit-ungkitnya," kata Megawati.
Tidak hanya kepada Prabowo, Megawati juga memiliki dendam politik dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Salah satu contohnya adalah Megawati tak pernah menghadiri undangan upacara kenegaraan 17 Agustus di Istana Negara.
Menurut Pangi, hal ini berbeda dengan Prabowo. Jika kecewa terhadap seseorang, maka Prabowo tak menunjukkannya di depan publik. Ini bisa dicontohkan saat Prabowo yang pernah dicopot jabatannya oleh Panglima ABRI waktu itu yakni Jenderal Wiranto, kerap menunjukkan sikap persahabatan dalam berbagai kesempatan. "Padahal waktu di ABRI dulu sangat terkenal rivalitas Prabowo dan Wiranto," katanya.
Bahkan, dengan Presiden SBY yang pernah jadi pesaingnya, Prabowo juga kerap mengunjunginya di istana. Ini menunjukkan, Prabowo lebih bisa mengatur urusan pribadi dan persaingan di politik.
Karena itu, lanjut Pangi, sikap Megawati tersebut akan membuat publik semakin tak bersimpati dengan Megawati. Dan hal ini akan berdampak pada berkurangnya simpati publik kepada PDIP.
Sumber :
-republika.co.id
-kompasiana.com
-kabar24.com
-nasional.kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar