Home » » Kapolri dicopot karena tegas dan jujur

Kapolri dicopot karena tegas dan jujur

Posted by Serba Serbi on 04/12/13

Kapolri jujur
Jumat (25/10/13), Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri, Komjen Pol Sutarman dilantik sebagai Kapolri untuk menggantikan Jenderal Pol Timur Pradopo. Prosesi ini langsung dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta Pusa.

Bursa calon Kapolri selalu menarik, begitu juga dengan alasan penggantian Kapolri. Tak cuma karena peremajaan, pensiun atau rotasi. Kadang kental juga dengan nuansa politik.

Dalam sejarah pergantian Kapolri, kisah menarik saat Kapolri Jenderal Hoegeng diberhentikan Presiden Soeharto. Banyak pihak serta motif politik ada di belakang pencopotan ini.

Kapolri Hoegeng dicopot Soeharto.

Awal mau dilantik sebagai Kapolri, Hoegeng memang sudah tak cocok dengan Soeharto. Tahun 1968, Hoegeng menghadap Soeharto yang saat itu Soeharto meminta agar polisi tak lagi bertugas di medan tempur. Dulu memang Brigade Mobil ( Brimob ) Polri terjun di berbagai pertempuran seperti TNI, mulai operasi Trikora di Papua, hingga Dwikora di Pedalaman Kalimantan.

Apa jawaban Hoegeng ? "Kalau begitu angkatan lain juga jangan mencampuri tugas angkatan kepolisian," kata Hoegeng tegas. Soeharto terdiam mendengarnya. Demikian ditulis dalam buku Hoegeng, Oase menyejukkan di tengah perilaku koruptif para pemimpin bangsa terbitan Bentang.

Sepak terjang Hoegeng sebagai Kapolri kala itu membuat kroni keluarga Cendana mulai terusik. Apalagi sejumlah kasus diduga melibatkan orang-orang dekat Soeharto. Puncak perseteruan itu, Soeharto mencopot Hoegeng sebagai Kapolri tanggal 2 Oktober 1971. Baru tiga tahun, Hoegeng menjabat. Seharusnya masih ada dua tahun lagi.

Ironinya dengan alasan penyegaran, justru pengganti Jenderal Hoegeng, Jenderal M Hasan lebih tua satu tahun.
Terkait pergantian Kapolri, Hoegeng menghadap Soeharto, dan menanyakan perihal pencopotannya. Secara tersirat Soeharto berkata tak ada tempat untuk Hoegeng lagi. Sebagai gantinya Soeharto menawari Hoegeng dengan jabatan sebagai duta besar atau diplomat di negara lain. Sebuah kebiasaan untuk membuang mereka yang kritis terhadap Orde Baru. Hoegeng menolaknya.

Ada beberapa penyebab kenapa Hoegeng diganti. Salah satunya kasus penyelundupan mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi.

Kasus itu sangat fenomenal pada akhir periode 1960an sampai awal 1970an. Robby adalah anak muda yang menyelundupkan ratusan mobil mewah ke Indonesia. Mulai Roll Royce, Jaguar, Alfa Romeo, BMW, Mercedes Benz dan lain-lain. Robby menyuap sejumlah pihak di bea cukai dan kepolisian untuk melanggengkan aksinya. Diduga ada keterlibatan kroni keluarga Cendana dalam kasus ini.

Selain itu kasus pemerkosaan seorang penjual telur bernama Sumarijem di Yogyakarta. Anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi diduga ikut menjadi pelakunya.

Proses di pengadilan berjalan penuh rekayasa. Sumarijem yang menjadi korban malah menjadi tersangka. Hoegeng bertekad mengusut tuntas kasus ini. Dia siap menindak tegas para pelakunya walau dibekingi pejabat.

Belakangan Presiden Soeharto sampai turun tangan menghentikan kasus  Sumarijem.
Dalam pertemuan di istana, Soeharto memerintahkan kasus ini ditangani oleh Team pemeriksa Pusat Kopkamtib

Terlepas dari kisah pencopotan Jenderal Hoegeng sebagai Kapolri saat itu.
Pengamat kepolisian Bambang Widodo Umar menilai sulit sekali mencari petinggi Polri sejujur Jenderal Hoegeng. Para polisi jujur sering tidak mendapat tempat di posisi komando atau posisi strategis.

Maka walau sulit, semoga saja Kapolri Jenderal Sutarman yang baru dilantik bulan oktober kemarin  bisa meneladani Jenderal Hoegeng.


0 komentar:

Sering Dibaca

INGKUNG KLUWEK