Saat itu Prabowo Subianto maju sebagai cawapres mendampingi Megawati Soekarnoputri, dan harus berhadapan dengan Jusuf Kalla dan Susilo Bambang Yudhoyono. Video itu menampilkan Gus Dur yang tengah diwawancara oleh salah satu televisi swasta. Saat itu pembawa acara bertanya, siapa yang kira-kira dipilih dan diterima oleh rakyat, tanpa berpikir panjang Gus Dur langsung menyebut nama Prabowo Subianto.
Ketika ditanya apa alasannya, Gus Dur mengatakan karena hanya Prabowo yang akan memimpin dengan ikhlas kepada rakyat Indonesia. “Kalau orang yang paling ikhlas kepada rakyat ya Prabowo, dia ikhlas betul pada rakyat,” terang Gus Dur dalam video itu.
Dukungan Gusdur kepada Prabowo dapat dilihat secara visual melalui Youtube,tidak demikian dengan dukungan Soekarno kepada Jokowi yang disampaikan Megawati yang katanya berdasarkan komunikasi ghaib. Maka, apa yang disampaikan oleh JK dalam video wawancaranya bahwa Indonesia akan hancur jika Jokowi menjadi Presiden, Jika dunia ghaib dicampur aduk untuk kepentingan politik, kemungkinan memang benar Indonesia akan mengalami kehancuran.
Baik Video Gusdur ataupun cerita Megawati pada dasarnya bertujuan sama yaitu untuk membujuk rakyat memilih capres unggulannya. Namun caranya ada yang simpatik dan ada yang sebalikknya, kalau boleh dikatatakan dengan cara - cara yang tidak pantas.
Dalam pilpres, kita memilih calon pemimpin,namun yang dikembangkan adalah isu SARA yang menimpa kedua capres. Isu isu yang makin hari makin memuakkan dan sudah tidak rasional lagi. Tanpa disadari, hanya untuk membela capres yang dijagokannya, para pndukungnya menistakan keyakinan yang tidak sama dan bahkan mesjidpun sudah dinilai sebagai tempat menistakan capres yang didukungnya.
Beredarnya Video dukungan kepada Prabowo dari Gusdur dan SK Pensiun Prabowo Subianto masih pula disikapi dengan argumentasi yang tidak rasional dan memuakkan untuk mendapatkan kesan capres yang didukungnya harus buruk perangai. Adalah menjadi sebuah gambaran bahwa pemahaman demokrasi di Indonesia dipahami sebagai pemaksaan kehendak sendiri.
Terpilihnya Prabowo atau Jokowi bukan oleh karena didukung oleh Gusdur atau Soekarno akan tetapi oleh rakyat Indonesia yang memiliki hak yang sama. Berbeda pilihan adalah hak masing-masing. Namun, yang kita lihat disini para pendukung memperlakukan unggulannya layaknya Tuhan, pasti membawa Indonesia lebih baik dan memperlakukan pihak yang berbeda pilihan sebagai musuh Tuhan. Padahal, keadaan bangsa ini menjadi lebih baik atau tidak bukan karena pemimpinnya semata-mata tetapi lebih ditentukan oleh prilaku bangsa ini.
Menyitir ucapan Ahok, sudah miskin tapi belagu. Ucapan Ahok ada benarnya, rakyat miskin karena susah diatur, ribut kalau diatur makanya miskin terus dan yang disalahkan pemimpnnya seperti yang dialami SBY. Saat ini kita akan memilih pemimpin baru, unggulannya diyakini akan membawa kemakmuran seperti meyakini agamanya, capres diyakini layaknya Tuhan dapat merubah keadaan namun prilaku rakyat tidak berubah. Bersiaplah menghadapi kekecewaan karena tetap miskin, miskin karena tidak mau diatur.
sumber : http://politik.kompasiana.com
0 komentar:
Posting Komentar