Shallallahu ala Muhammad shallallahu alaihi wasallam," ucap para jamaah hingga yang orang terakhir bersalaman.
Masjid ini kerap menggelar pengajian dan bahkan membaca tiap malam Jumat. Hari-hari besar Islam juga dirayakan, termasuk Maulid Nabi Muhammad dan Isral Mikraj. "Saya tidak mau seperti di kompleks saya sebelumnya, masuk kelompok antimaulid dan mencap apa-apa bidah," kata seorang sesepuh masjid kepada merdeka.com beberapa waktu lalu.
Di kompleks sebelah, keadaannya terbalik. Di sana tidak pernah menggelar maulid atau peringatan kelahiran Rasulullah. Alasannya bidah, yakni tidak pernah dicontohkan oleh kekasih Allah itu. Sehabis salat tidak ada bacaan wirid atau doa bersama dipimpin imam. Imam dan jamaah selepas salam langsung bangkit dan melaksanakan salat sunnah lalu kumpul-kumpul.
Menurut sejarah, peringatan maulid nabi saban 12 Rabiul Awal dibuat pertama kali oleh Raja Irbil (sekarang masuk wilayah Irak) Muzhaffaruddin Al-Kaukabri pada awal abad ketujuh Hijriyah.
"Sultan Muzhaffar mengadakan peringatan maulid nabi pada bulan Rabiul Awal. Beliau merayakan besar-besaran. Beliau adalah seorang yang berani, pahlawan, alim, dan adil. Semoga Allah merahmati dia," ujar Ibnu Katsir dalam kitab Tarikh.
Sekitar setengah kilometer dari sana, dalam sebuah kompleks juga terdapat sebuah masjid kini dikuasai kaum antimaulid. Pernah, seorang warga setempat berniat melaksanakan peringatan maulid di masjid itu, namun mendapat tentangan dari kelompok itu. "Karena tidak mau ribut, saya pindah ke rumah saja.
Menurut seorang kiai Nahdhatul Ulama, fenomena semacam itu sudah banyak terjadi di Indonesia. "Itu bagian dari penyebaran pengaruh Wahabi. Ciri mereka bercelana cingkrang hingga sebetis, berjenggot, dan yang perempuan bercadar," tuturnya. "Mereka membuat masjid jadi eksklusif hanya untuk kelompok mereka."
Sumber : merdeka.com
0 komentar:
Posting Komentar